Judul Status
            Setiap menatap angkasa rasanya langit ikut mendung berkecambuk dalam rasa hati yang gunda, tak satu pikiran pun yang keluar dari  lubuk hati kecuali rasa sedih dan keraguaan untuk melangkah, berjuta penyesalan datang silih berganti dengan jawaban dan pertanyaan yang berbeda membendung pikiran dan menekan jiwa, rasanya baru kemarin aku melangkah dengan pakain putih biru berganti dengan abu-abu sekarang gerbang abu-abu sudah di depan mata harus di lewati bahkan sudah terlewati, tujuan sekarang sebuah tanah yang beribukotalah tujuan ku dan teman ku, akan tetapi jangankan tanah ibu kota tanah provinsi pun aku dan teman ku tak mampu ikut berbaris dengan sejuta bahkan ribuan juta orang yang meloloskan dirinya dari sergapan masa depan belajar di universitas negeri, apalagi ketika itu tak satu pun universitas negeri yang dapat ku jumpai, teman ku pun tak jauh beda dengan ku, hanya segelitir api semangat didalam hati yang mampu kami emban dengan rasa ikhlas bahwa Tuhan telah memberikan yang terbaik di dalam perjalanan kami, meski mencoba ikhlas dengan segenap kesabaran yang ku miliki tetap saja ada sebuah rasa mengganjal, ku lihat setiap status teman-teman ku semua berbeda tak menunjukkan sebuah kesamaan ada yang bersyukur dengan kelulusannya dan ada pula yang menangis dalam setiap ketikan, seorang pengabdi bahkan memecut setiap detikkan yang bersedih dengan kata-kata yang tak halus sehingga stiap yang melihatnya terasa putus harapan, bingung untuk melangkah dengan sebuah perkataan sedikit
            “Yah, kata-kata penghibur makanya belajar yang rajin jagan hanya duduk di belakang”
            Sebuah kata memotivasi, entah benar atau salah orang duduk di belakang dengan alasan tak rajin belajar, mungkin sang pengabdi mencoba menghibur tetapi menyayat hati anak-anaknya, “seharusnya memberi petunjuk bukan memberi pameran” gumam ku dalam hati karena kami juga tau sang pengabdi merupakan orang yang berhasil bahkan dari orang tuannya sudah berhasil, akan tetapi kami tak melihat itu kami membutuhkan petunjuk bukan omongan yang melemahkan mental penerus.
***
            Tiga bulan telah berlalu, aku pun menyatukan kaki mendarat disebuah universitas swasta. Begitu susahnya memahami status hidup ku sekarang sehingga aku tak mampu apa judul status ku hari ini. Sebuah sms singkat yang ku terima dari langkah tiga bulan tak bertatap
            “Terimakasih Bro” Rasa bingung membaca sms singkat itu membuat ku seperti berjalan tak tentu arah, ada apa di balik judul status yang ku lihat di hp butut menemani ku selama empat tahun di bumi orang, kebingungan ku pun bertambah ketika teman ku ini datang ke balik kosan kuning ku disudut ampera, setelah sms itu mengecambuk pikiran ku.
            “Bro apa kabar?” dengan senyum yang lepas di wajahnya diikuti gerakkan tangan yeng menggemal kemudian memeluk ku, sepertinya tak ada air mata yang melintas diwajahnya, sehingga kebingungan ku pun bertambah besar,
            “Alhamdullih baik, duduk be maklum kosan yang ku dapat hanya dapat di isi kasur saja” ku lipat kasur yang membentang menghabisi kosan yang kecil di sudut ampera itu, sepertinya tak perlu ku Tanya balik kabarnya karena ku paham di balik wajah yang hitam itu sudah terlihat dia baik-baik saja
            “Makasih Bro, rupanya ada benarnya juga kata-kata mu dikelas kemarin, bahwa rasa senang itu akan menghampiri setelah sakit letih menghampiri, sekarang aku lulus di kedinasan nanti jam 12 aku terbang ke tanah ibu kota yang kita idamkan dulu, makasih petunjuknya kemarin” Sepertinya angin ikut masuk di balik kosan yang hanya sejengkal itu, padahal aku hanya menyarankan dia untuk ikut kedinasan saja dia seperti mendapatkan petunjuk yang banyak di balik singkat kata-kata ku,
            “Rupanya petunjuk itu lebih penting dari pemameran apalagi menjadi penonton bro” kata-kata itu membuat ku teringat denga judul status di bualn kegagalan ku itu, aku pun sebenarnya merasa malu aku tak sekuat teman ku berjuang menepis segala rintangan melangkah dalam duri halangan yang menguji jalan keberhasilan, rasa ikhlas dan sabar telah menjadi kunci perjuangan dia dalam melangkah sementara aku tertandas sendiri dari perjalanan yang ku lewati dengan berusaha menjadwalkan keinginan ku di setiap bulannya.
            Dengan rasa gunda mengapa aku tak sekuat teman ku melangkah melompati duri-duri yang menghadang perjalanan sambil melepas teman ku untuk berangkat ketanah ibu kota, ku kirim surat untuk perkuliahan jam ketiga untuk melepas teman ku bersamaan bus yang berbadan panjang.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

1 komentar:

Posting Komentar


Tri Hardiansyah

E-Mail

Trihardiansyah@rocketmail.com
Free Counter

Cari Artikel

Tri Hardiansyah

My profil

Foto Saya
Jari Tri
Indonesia
Berjalan dalam kehidupan, mencoba mencari dan melukiskan kisah-kisah terindah untuk dapat di ungkapkan.meski tak seindah warna pelangi di penghujung pagi
Lihat profil lengkapku

Teman

Blog Archive

Terjemahkan

Posting terbaru

Category List

Pasang Iklan

World Of Warcraft, WoW Glowing Hand Armor

Klik disini

Get Gifs at CodemySpace.com