Penghujung Malam
                Baru bulan kemarin, bulan yang penuh abu-abu dengan bayangan yang tak jelas, satu-persatu ku tatap realita kehidupan ku kedepannya, entah pendapat kuatkah yang ku dapat dari kata-kata bijak para guru ku ataukah hanyalah sebuah jalan semu yang tak berujung warna.
                “Ada yang perlu dibicarakan dengan orang lain dan ada yang tak perlu dibicarakan kecuali dengan Tuhan” dan yang kedua wahai anak-anaka ku “Hidup ini adalah sebuah perkelanan yang menuntutkan ilmu yang matang, jika kalian datang ke sekolah ataupun perkuliahan hanya untuk sebuah nilai maka detik ini berhentilah anda sekolah, ijazah itu tiada gunanya ilmulah yang bermanfaat anak-anak ku, itulah kenapa Negara yang subur ni tak pernah di olah oleh orang kita sendiri kebanyakkan dari luar karena apa? Karena mereka datang untuk ijazah, untuk sebuah nilai kita akan bermanfaat jika ilmu dan skill yang kita miliki itu luar biasa, apalah artinya?” itulah kata-kata yang selalu terbesit dalam sanubari ku saat ini, kata-kata yang luar biasa.
                Hujan pun terus mengguyur persada bumi ini, suara tangisan dan kesakitan yang teramat mendalam dapat ku rasakan oleh kawan ku yang berteriak kesakitan di penghujung malam ini, di balik tirai putih kehijauan, diatas kasur yang beroda, meski kasurnya setinggi dan seempuk roti itu tak ada artinya apa-apa dibandingkan pilunya teriakkan airmatanya.
                Mobil biru sudah kulihat dari kejauhan lampu merah, hampir saja truk yang besar dengan muatan yang aku tak tau apa isinya menabrak tubuh ku yang kecil ini, tubuh yang berlari terbesit angin ketika suara handphone berbunyi, ku langkahkan kaki ku dengan tiga kali kecepatan ku berjalan biasa, mata  tertuju pada ku yang mengarahkan tangan pada mobil biru itu, angin-angin melayang deras menusuk tulang-tulang ku hingga rasanya ada sesuatu tertinggal di balik udara segar hari itu. Selesai rapat nasid aku langsung menuju jalan raya ketika di taman provinsi, bergetar handphone di saku jelana ku “KAU di mano? Qto UJIAN ISMIC hari ini datanglah” kebimbangan bergemuruh di dalam mobil biru itu perjalanan di pertengan, belum ada sebuah keputusan kemudian dengan langkah yang terongos-engos ku teringat sebuah pesan yang bercampur dari kata guru ku yang luar biasa “Teman itu tak ada nyawanya ketika ia pergi” dan kata-kata nilai “untuk apa sekolah jika hanya untuk mendapatkan nilai” dalam hati ku niatkan untuk menghampiri suara yang menjerit kesakitan, ku tinggalkan sebuah ujian yang tentunya juga menyangkut masa depan ku itu, akan tetapi aku juga bukanlah orang yang berpikir dengan kapasitas yang berat dengan memori yang jenius, aku hanyalah anak kampung yang tak tau apa-apa yang mencoba belajar untuk memperbaiki masa depan tetapi ini adalah sebuah keraguan yang kuat dalam perjalanan ku yang menuntun sebuah pilihan “antara nilai dan teriakkan air mata” dengan mengucapkan basmalah ku putuskan aku pergi untuk teriakkan air mata berharap ada sedikit keringan beban yang diberikan gaya pada teman ku yang berbaring diatas kasur hitam beranjangkan putih dengan badan yang kurus dan air mata yang terus mengalir seakan pipinya sudah menjadi sebuah jalan sungai airmata, tulang-tulangnya terlihat semua kulitnya hanyalah setebal kantong asoi, tulang pengupil, fatela semua jelas terlihat, badan ku setengah tak berdaya dibalik penderitaan yang ia rasakan sekarang rasanya badan ku berguguran, berkeping-keping, ku tarik dalam-dalam gelingan air mata yang berada di mata ku, aku ingn terlihat tegar dan terus memberikan ketegaran pada teman kecil ku itu. Aku tak tau apa-apa tentang penyakit yang ia derita hanya sebuah doa dari  guratan hati ini yang mampu ku persembahkan untuk mu teman. Aku tak mempunyai begitu kenangan yang banyak dengan mu hanya rasa rindu dan kangen akan persahabatan kecil.
                Mentari terasa meredup, awan-awan dilangit berganti menjadi gumpalan-gumpalan kecil kemudian di malam ini berjatuhan butiran air dari angkasa, banyaknya air yang berjatuhan tak jauh bedah dari berjatuhan air mata dan teriakkan kesakitan di setiap penghujung malam itu, teman ku itu juga tak kalah dengan timnas senior dia berjuang mati-matian untuk dapat sedikit bertahan akan tetapi hanya sedikit kemungkinan yang ia raih itulah tak ubahnya timnas malam ini yang lemah terkulai di babat abis oleh iran, akan tetapi dibalik itu ada ketegaran yang kuat semoga dengan keteragan itu dapat membuahkan kesembuahan… Aamin


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Posting Komentar


Tri Hardiansyah

E-Mail

Trihardiansyah@rocketmail.com
Free Counter

Cari Artikel

Tri Hardiansyah

My profil

Foto Saya
Jari Tri
Indonesia
Berjalan dalam kehidupan, mencoba mencari dan melukiskan kisah-kisah terindah untuk dapat di ungkapkan.meski tak seindah warna pelangi di penghujung pagi
Lihat profil lengkapku

Teman

Blog Archive

Terjemahkan

Posting terbaru

Category List

Pasang Iklan

World Of Warcraft, WoW Glowing Hand Armor

Klik disini

Get Gifs at CodemySpace.com