Mentari masih juga nampak indah melayang bersama awan-awan dilangit yang berkobar, ia masih terlihat cerah mengendos-endos matanya yang baru saja memutari belahan bumi yang lain kemudian tanpa lelah ia kembali memutari bumi bagian timur ini.
          Dengan nafas yang engos-engosan ku menaiki tangga yang setinggi tiga tingkat itu, ketika masuk didalam kelas bukannya melepas lelah malah menampar cemas entah apa yang terjadi didalam kelas ini hingga terasa sesak, ah ini ujian pikir ku sambil menatap kursi-kursi kosong yang hanya dihuni beberapa orang. entah sudah tradisikah disini ketika ujian semua orang datang lebih awal dan bahkan sangat awal kukira aku yang duluan datang malah semua orang sudah datang meski hanya lewat omaongan temannya saja yang datang. ketika ku ingin menempelkan tas pada kursi yang berada dipojok dekat ac malah aku dicarci tak beradap.
        "eh itu sudah ado wongnyo dak liat apo kau kertas itu"
        "kosong ini kursi, aku jugo yang duluan datang madak i aku nak pindah" balas ku dengan nada seadaanya. baru ku sadari rupanya kursi itu hanya kosong orangnya tetapi sudah penuh dengan kertas fotocoppyan yang entah dari mana asalnya, kursi-kursi itu telah di tempah, boking. terlebih dahulu dengan orang lain yang datang meski pagi buta bahkan sangat subuh pun harus ingsut dari langkahnya karena meski satu orang yang duluan datang pada saat saur dan orang kedua datang pada saat subuh jika ia sudah datang ia telah memesan kursi entah dari mana ada praturan seperti ini, sudah tradisi anak-anak mungkin, meski hati ini rasanya berantakan membantah praturan dari mana ini, apakah anak-anak ini telah memesan kursinya lewat OB atau dari drektur pengawas aku juga tak tau banyak hal itu. kemudian kubaringkan tas ku dengan kursi yang berada didepan sekali berhadapan sekali gus berbaris dengan meja pengawas, karena hanya kursi depan inilah yang tidak dihuni oleh makhluk halus yang lewat kertas fotocoppyan. sebelumnya aku tak pernah menjumpai kondisi seperti ini meski desa ku jauh dari pradapan provinsi, jangankan saling boking saling mengutak-atik alat tulis pun tak ada, apalagi yang mau macam-macam, inilah kawan yang disebutkan guru ku saat SMA bahwa seorang yang mengejar nilai akan mendapatkan nilai bukan keberkahan, so, untuk apa otak yang diberikan Tuhan kepadanya dengan memori kapasitas yang tak terbatas bahkan tak ada tandingannya itu. keadaan ini terus berlangsung hingga hari keempat, boking dan memboking, riuh dan ribut. olahraga mata, olahraga jari dan olahraga telinga telah menyatu hingga badan terasa sehat, sebelum badai datang menghancurkan dimasa yang akan mereka lewati nanti.
           Ku mencoba mencari-cari apa yang berputar didalam kepala ku, tapi hingga kepala ku pusing tujuh keliling aku pun tak menemukannya. kemarin, udara panas menyengat memanggang seisi kosan yang mengadap tegak pada sinar mentari sore yang hanya sejengkal dilindungi dari sinar mentari pagi hingga kulit terasa kabur dari tubuh ketika udara benar-benar menyengat. mungkinkah lapisan ozon disana sudah begitu para berlobang, dibocori oleh tangan-tangan manusia yang menyebar polusi, jangankan didesa terpencil dikota sebahari ini saja sampah terlihat tergeletak dimana-mana, sinar lampu sepertinya tak pernah istirahat hingga warna kehitaman sudah menampakkan pada bola lampu yang sudah hampir pecah.
          Udara benar-benar menggila panasnya, sudah menjadi teradisi tubuh ini jika kepanasan mencari es batu untuk sedikit meredah panasnya bumi ini, sambil mencari-cari santap malam kami pun mencari es batu untuk minuman melepas dahaga, sudah tiga warung kami mutar-mutar tetapi tak kunjung menemukan es batu, kemudian dengan nada putus asa seorang teman ku yang ikut bersama ku bertanya pada sebuah warung, pada awalnya sudah kuduga tidak ada karena seisi warung itu hanya terderet buah-buhan saja
         "Mang, ado es batu idak?" kawan ku mengetuk papan kayu, kemudian muncullah laki-laki dengan hanya bercelana pendek saja
         "ado, nak berapo?"
         "berapo sikok?"
         "Rp.500"
         "beli duo kalu mak itu" aku pun mencoba melirik buah kates yang tergolek ranum dikeranjang
tak lam kemudian setalah mengobrol panjang libar, ngawang-ngidul dengan teman ku yang semua orang mungkin tau tentang kegilaannya terhadap burung-burung bahkan jenis burung apa pun dia bisa menirukan suaranya layaknya burung, dia penyayang binatang. dirumahnya berjejer sarang burung disetiap sudut. kemudian keluarlah, laki-laki yang tadi dengan celana seadanya itu dengan memberikan jeruk nipis dua buah
         "es batu mang, bukan jeruk nipis" kawan ku menggelingkan kepala layaknya kipas angin yang berputar, mungkin yang dia pikirkan sejak kapan es batu menjadi jeruk nipis
         "oh dek dak katek esnyo, ku kiro jeruk nipis" laki-laki itu kembali masuk pada warungnya
dengan tertawa-tawa hingga perut ini terasa digerogoti tentara cacing, kami tak habis pikir jarak yang hnay dua jengkal saja bisa membuat semuanya berubah dari es batu menjadi dua buah jeruk nipis yang kekuning-kuningan.
            Angin masih saja bertiup seperti biasa, mentari pun masih berjinggrak di balik awan yang terhembus angin, hari-hari berlalu dengan cepat dari mingu ke minggu, dari bulan ke bulan hingga tak terasa tahun pun pamit undur diri dengan sejuta harapan perubahan, meninggalkan seberkas cerita.
           Pernahkah teman merasakan kerinduan pada orang tua yang teramat mendalam? hal itu baru ku alami rindunya mendalam hingga menusuk-nusuk kerinduan, jika dibilang lelaki cengeng aku juga tak mau seperti itu tetapi untuk terlalu bertahan dalam kerinduan aku tak sanggub. disini aku terdampar jauh dari orang tua, jauh dari pandangan mereka. aku tak tau sedang apa mereka menjalani hari-hari sementara aku duduk enak-enakan di bangku pembelajaran, entah mereka makan apa sementara aku taunya makan. mereka ingin yang terbaik untuk ku tetapi aku belum mampu memberikan yang terbaik untuk ku. disaat aku terbaring lesu diatas kasur yang hanya setebal dua tumpuk buku, menatap langit-langit kosan yang semangkin ku pandang semangkin jauh ia terbang melayangkan ku pada sosok laki-laki dan perempuan yang selalu mendoakan dan memberikan yang terbaik untuk ku, terkadang aku malu pada hari-hari yang terus berputar mengitari bulan yang terus melangkah memandang kerut pada wajah mereka yang kian bertambah, dulu disaat aku berada di pundaknya di junjung tinggi diatas bahu badan mereka masih terlihat kencang dan sekarang keriput telah membanjiri setiap kulitnya, badannya pun kian mengurus. berlahan aku memejamkan mata beribu bayangan keluar dari pejaman yang suram, terlihat aku merintih-rintih ingin sesuatu tetapi dengan berlahan sosok prempuan menghampiri ku
            "Nanti ya nak, kita pulang dulu" entah mengapa ia bicara seperti itu, aku terus merintih di pangkuan dengan air mata yang berlinang dan kaki ku mengosor tanah. aku belum menyadari ada enggak orang tua ku uang tetapi aku terus merintih. kemudian mata ku terbuka kembali, berlahan serbuk mata ku meneteskan air mengalirkan ku pada sebuah pristiwa yang sangat ku benci terjadi pada ku disaat sebuah amanahnya hilang di curi orang.
            Mungkin teman-teman sudah sering mendengar kata teman dalam selimut atau pun teman bagaikan tanaman makan pagar. tapi kali ini saya ingin bercerita dengan teman dalam rumah.
           Kini aku terpaku setengah enggak percaya, ketika dengan blag-blagkan mendesak seorang teman dari teman ku yang ternyata MALING. ya latop ku yang juga ikut dibawanya pergi alias dimaling olehnya ikut tersambat, dengan perasaan sedikit sedih karena sebuah tempat untuk menulis kedua ku setelah sebuah kertas hilang dicuri orang, panggil saja ia ONO. dengan menahan air mata yang berdesir keluar dari dalam mata ketika mengdengar suara telp dari orang tua ku yang berkata "yang sabar aja, ni jadi pembelajaran jangan mudah percaya sama orang, rambut boleh jadi sama tapi hati belum tentu sama" kemudian suara laki-laki yang ku tahu suara bapak ku mengganti pembicaraan "ya sudah beli lagilah ak usah pening-pening dari pada berkelahi beli lagi aja". meski ku tau dalam hati mereka sangat teriris karena sebuah amanah kecil yang diberikan mereka pada ku disambat pencuri, meski begitu aku enggak sekedar berdoa tapi aku pun ikut berusaha bersama teman-teman yang ikut kehilangan.
           Tadi siang hampir saja terjadi pertumpahan darah jika tidak dihadapi dengan kepala dingin, si Ona mengelak enggak mau mengaku padahal bukti sudah ada, dengan nada yang sangat marah seorang teman ku datang mengepal tangan hampir saja kepalan tangan itu melayang kewajah Ono tapi dengan lapas "aztafirullah haladzim" ia kembali membalikan pembicaraan dengan nada yang lembut. darah dalam diriku sudah bergejolak, jemari-jemari ini sudah bersama-sama mengumpal tapi ku ingatkan kembali pada hati yang terbawa emosi bahwa aku datang ketempat orang ini untuk mencari ilmu, meski rasanya diinjak-injak oleh maling yang tak beradap itu. berharap Tuhan yang katanya maha adil itu mampu meluruskan permasalahan ini.
            Mentari pagi baru saja melapas kepenatannya setelah seharian menemani penduduk bumi, hingga sekarang ia permisi untuk beristirahat sejenak di upuk barat. Dzikir adhzar belum saja selesai adzan maghrib pun belum datang, entah apa yang terjadi dengan kami, kami terlelap tidur. pulas seakan semalaman suntuk bekerja. hanya terpaut dengan mimpi-mimpi buayan tidur aku baru menyadari seisi kosan telah berantakan tak berarah.
           Setelah sepulang dari seminar, membersihan sedikit pakian yang telah lama menumpuk aku pun membaringkan badan yang telah lelah, kurang tidur tepat katanya. tak lama kemudian aku pun terkejut dengan adanya suara bising ditelinga ku, beranjak disore hari di kekuningan langit sore aku pun beranjak menyadari aku belum menjalankan tugas sebagai layaknya seorang manusia. setelah selesai sholat aku pun menyadari sekitar ku pun telah lelap dalam lamunan pencurian. satu buah BB hilang dan dua buah laptop termasuk aku pun hilang tak karuan terbawa maling yang beradab.
           Rasa menyesal tak mampu menjaga sedikit  amanah orang tua membelut sekujur tubuh ku, entah kenapa hingga saaaat ini aku pun belu mempunyai mental untuk sejenak memberikan informasi ini, entah kenapa masih dalam lamunan kegelisahan yang nyata dan kehilangan.
           BBM? ya sebuah singkatan tentang bahan bakar yang membuat rongga negara ini menjadi gempar, jutaan orang dari pihak dan penjuru mana saja berteriak "turunkan BBM?" ada apakah dengan BBM??? belum saja BBM dinaikan, baru berdengun dari suara rencana kenaikan BBM semua orang telah berteriak dengan mengoncangkan negara ini termasuk barang-barang dagang juga ikut naik padahal BBM belum naik, Berbagai orang pun turun kejalan mengobrak-abrik mentari yang lagi bersinar dengan hangatnya, berbagai hujatan datang dari mulut dan kertas yang telah tercoret habis, menolak tegas naiknya BBM, ada apakah dengan BBM??? hancurkah negara ini dengan sebuah kenaikan BBM??? saya juga setuju jika seseorang  turun kejalan berteriak-teriak dengan benarnya, tapi entah kenapa saya kurang setuju dengan tindakkan pendemo yang anarkis, berbagai mobil dan pagar gedung-gedung pemerintah landas tak bertuan, pihak keamanan terpaksa ikut-ikutan melontar dengan batu mengusir mahasiswa yang terbawa emosi masa mudanya. Masa yang berapi-api. Jika turun kejalan merupakan suatu tindakan yang baik bukankah tanpa anarkis itu jauh lebih baik? bayangkan jika rumah anda ikut terlontar batuan dengan keanarkisan anda, anda akan marah dan resa bukan? begitu pula penduduk disekeliling kita. bukan saya tidak menyukai Pendemo, saya juga senang dengan perubahan tapi jujur saya anti dengan anarkis, kita kaum terdidik, terpelajar hingga menjelang punjak tertinggi pendidikan setelah sekolah menenga atas, inikah solusinya? inikah yang diajarkan guru kewaraganegaraan kita? TIDAK dan BUKAN solusi dapat dipecahkan dengan kepala dingin tanpa harus anarkis jika harus turun kelapangan itu merupakan solusi terakhir setelah musyawara tidak dapat dijalankan lagi alias mengalami kebuntuan. anarkis itu merupakan raut emosi yang terbawa arus jalanya SETAN. kalau begini bagaiman Negara ini bisa utuh? bisa saja kita diadu-domba oleh negara luar kemudian kita berperang dan tidak damai lagi, ada tembak-menembak diantara kita seperti yang dialami oleh berbagai negara yang menjadi contoh untuk kita pelajari, Kita adalah negara yang satu negara yang indah, negara berlian yang kaya akan sumber daya alamnya meski sumber daya alamnya dikerok oleh nagara asing. jika sampai terjadi peperangan maka negara ini akan musna dan akan cepat musnah oleh negara asing, bagaimana mau utuh jika warga negaranya tidak bersatu? baiklah, sekarang usia kita sudah lanjut, tapi bagaimana dengan adik-adik kita? anak-anak kita jika kita tidak bersatu, kekacauan dimana-mana apakah mereka akan merasakan apa yang kita nikmati sekarang? hanya kita yang tau kenapa kita butuh sekali persatuan yang kuat, seperti kuatnya tekat para pejuang kita yang memperjuangkan negara ini dengan tumpa darah mereka dengan sebuah harapan kemerdekaan, agar anak-anak dan penerus mereka bisa hidup dengan damai.
              BBM?? yang menjadi topik yang sangat tren sekarang, berbagai media masa mencetak tentang seputar kenaikan BBM dan demo yang berujung anarkis, berbagai kegalaun yang ditulis di facebook mau pun media lainnya seputar dengan kenaikan BBM. Saya Setuju BBM naik, Bagaimanakah dengan Anda? ya saya setuju asalkan pemerintahan dinegeri ini jujur, adil, bijaksana. jujur dengan tidak adanya korupsi atau kecurangan yang dapat membuat rakyat menjerit, bukankah negara ini untuk kepentingan bersama yang ada rakyat dan juga pemerintahan jadi rakyat dan pemerintahan itu harus bersatu dan saling mengingatkan ya meski harus demo tapi bukan demo yang anarkis karena setiap masalah pasti ada jalannya penyelesaiannya, pemerintah pun hendaknya trasnparan terhadap pengeluaran dan penghasilan negara, mungkin negara ini lagi depisit butuh uang dengan cara menaikan BBM ya tidak dapat dipungkiri sejak pemerintah presiden pertama BBM juga turus naikkan? kemudian adil terhadap seluruh masyarakat tanpa harus pandang bulu, dan pemerintah hukum pun harus tajam jangan seperti hukum pisau yang hanya sebagian saja yang tajam harus merata, bagaimana negara ini mau makmur jika pemerintahan saja yang menikmati hasil negara ini padahal banyak rakyat yang mejerit kelaparan dengan pakaian yang tak pernah berganti, spertinya korupsi telah merebak sehingga kasus dipemerintahan baik didesa maupun di ibu kota tidak pernah habis, hukumlah seberat-beratnya para korupsi yang menjadi penghianat negara hanya untuk kepentingan dirinya saja, jangan  hanay seorang kelaparang yang terpaksa mencuri dihukum lebih parah dari korupsi bukankah mereka mencuri juga karena orang-orang yang korupsi yang mengambil hak mereka, kemudian jika terjadi kenaikan yang merebak yang misal disebabkan dengan BBM ini pemerintah pun harus mencari solusinya agar rakyat pun tidak kesusahan berpikir, misalnya dengan menaikkan gajih dan memberi pendapatan dua kali-lipat pada rakyat, kalau begini rakyat pun enak meski BBM naik. Negara ini juga rasanya menyedihkan koruptor dimana-mana, kejujuran telah hilang seakan mereka hidup selamanya padahal harta tidak dibawa mati tapi jika kita bersedekah negara ini dijamin akan menjadi negara yang makmur. pemerintahan yang katanya wakil rakyat mala enak-enakan beli kursi yang rakyat tidak dapat menduduk kinya bahkan rumah pun tidak ada, bagaiman jika rakyat semua memiliki rumah dan pemerintah pun tidak digajih, apakah masih ada yang mencalon menjadi pemerintah? lapangan kerja banyak jika perlu orang dari luar negeri yang mencari kerja kenagara kita jangan hanya tenaga kerja kita yang berjuang dinegri orang hingga dihukum pancung, dihina tak beradap.
                Tulisan ini ku persembahkan untuk semua rakyat Indonesia tercinta, pahlawan telah berguguran demi kemerdekaan yang tak lain agar kita bisa menghirup udara yang lebih baik, bukan penjajahan. kita harus mendukung pemerintahan, dan pemerintah pun harus mendukung rakyat memperjuangkan mati-matian hak rakyat, pemerintahan yang jujur, adil, bijaksana dan tidak ego tentu yang diharapkan negara ini, dan rakyat yang setia juga tentu sangat dibutuhkan negara ini karena tanpa penghianatan negara ini akan tetap jaya.
Pemerintah engaku yang terbaik dengan amanah bukan mencari kesempatan untuk menumpuk harta, dan rakyat engkau yang terbaik bukan untuk merusak negara, kita saling membutuhkan, kita saling diperlukan mari kita bersatu, teriakan Indonesia jaya, Indonesia I Love u, Pemerintah milik rakyat dan rakyat milik pemerintah,
            Kemarin seharusnya menjadi hari yang paling menyenangkan bagi kami karena bisa berkumpul dengan seluruh anak-anak keperawatan sesumsel. waktu berdetak dengan cepatnya, ku buka kelopak mata disaat keheningan pagi masih membalut kabut, kembali ku langkahkan kaki ini membasuh sekujur tubuh ku. sengaja aku tak kembali berbaring dikasur yang menggoda tubuh ku untuk molek sebentar dipangkuannya, tapi semangat untuk bertemu dengan berbagai sekolah keperawatan sesumsel tak mampu membuat ku untuk bergeming. kemudian ku langkahkan kaki menuju gerbang depan yang kurang lebih satu atau dua kilo dengan jalan kaki, tak terasa lagi rasanya berjalan berkilo-kilo karena aku sudah setiap pagi dan sepulang kuliah menelusuri jalan ini, menanti mobil-mobil yang juga telah menanti.
           Hari masih terlalu pagi, adzan subuh baru saja selesai berkumandang, berlanjut di akhiri dengan doa. kabut-kabut pagi masih menjelma menjadi selimut embun, matahari belum saja bangun dari tidurnya, ia masih tertidur nyenyak tapi aku sudah melakoni pagi ini sangat buta. entah karena terlalu pagi mobil pun hanya sedikit yang muncul dan aku pun harus menunggu berjam-jam sambil memandang motor-motor yang berlahan ramai, jutaan para anak-anak hingga orang tua berlari meraton di hadapan ku. ku lihat dihadapan ku seorang teman yang menjadi tempat penolong ku jika mobil-mobil masih terlelap, sempat merasa malu selalu ikut dengan teman ku ini dengan kendaraannya tapi rasa malu itu ku buang bersama kabut-kabu yang bergumpal-gumpal. hingga sampailah kami pada bendara tempat tujuan perkumpulan anak-anak tenaga kesehatan keperawatan.
             Sempat menunggu teman terlebih dahulu karena kami sendiri belum tahu perjalannya sebenarnya. sambil menyelusuri jalan yang masih hening itu, udara dingin menembus cela-cela baju kemudian berlahan mengalir didalam darah, dingin. teman ku pun datang. sampailah ditempat tujuan. kami lihat meski masih berkabut kami menjadi peserta yang terlambat, telat. ya, para peserta telah datang dengan berjalan santai, sambil berlari-lari kami pun menyusul peserta jalan santai. sepotong perjalanan bersama taman kota yang masih hijau kami pun tak terasa telah sampai difinish. senam bersama, hingga pembagian kupon pun kami masih terduduk senang diatas kursi. sayangnya tak ada satu kupon pun yang beruntung ditangan ku, meski kuponnya sudah dua. aih, megharapakan dapat sepeda malah dapat kertas kosong yang tak beruntung.
            Ditengah perjalan acara, aku merasa kaget ketika seorang teman ku menyapa ku dengan nada yang biasa saja
            "Di aku balik duluan yo" serunya sambil membenarkan tas dipundaknya
            "lho acara sudah setengah perjalanan, kagek be, ngapo nak balik dulu" sapa ku dengan melihatkan kupon ku
            "Ayah ku ninggal di" serunya lagi dengan nada yang biasa sambi tersenyum
            "Inalillahiwainalilahirojiun" ucap ku dalam hati,
            teman-teman dan kakak tingkat pun berkumpul menghantarkannya kedepan parkir meski aku tak dapat menghantarnya kerumah, karena aku sendiri datangnya ikut orang. tapi suatu hal yang nampak diwajahnya yang seakan ingin berkata pada ku "semua akan pulang padaNya, hanya perbedaan waktu saja yang akan membedakannya, karena itu berbuat baiklah selagi hidup dan berbuat terbaiklah dengan orang tua, sebelum mereka tak menggendong mu lagi, tak bisa bersama mu lagi seperti yang ku alami" itulah pikirku dibalik senyum sahabat ku ini, sebuah ketabahan benar-benar terpancar diwajahnya, meski dalam hatinya mungkin terasa mencabit-cabit karena belum bisa melihatnya dengan toga dikepalanya, orang tuanya telah pergi duluan tanpa dugaan. tapi itulah teman ku, yang tak menampakkan wajah sedihnya dihadapan kami semua, inilah pelajaran yang paling berharga yang pernah ku dapat. terimakasih teman, semoga ketabahan selalu menemani mu, dan ayahanda mu ditemia disisiNya dengan tempat yang sangat indah.

Tri Hardiansyah

E-Mail

Trihardiansyah@rocketmail.com
Free Counter

Cari Artikel

Tri Hardiansyah

My profil

Foto Saya
Jari Tri
Indonesia
Berjalan dalam kehidupan, mencoba mencari dan melukiskan kisah-kisah terindah untuk dapat di ungkapkan.meski tak seindah warna pelangi di penghujung pagi
Lihat profil lengkapku

Teman

Blog Archive

Terjemahkan

Posting terbaru

Category List

Pasang Iklan

World Of Warcraft, WoW Glowing Hand Armor

Klik disini

Get Gifs at CodemySpace.com