Dalam ke sunyian malam, tidur ku tak pernah nyenyak dalam 2 bulan ini, rasa ke kwatiran aku dan orang tua ku tambah menjadi-jadi ketika semua layar-layar putih monitor menghempaskan amarahnya setiap kali aku melihat pengumuman, keybord komputer pun terasa bersedih tertetes air mata yang sederas tsunami di jepang itu dan di gabung dengan tsunami aceh, tak tau lagi harus bagaiman aku melangkah, terasa hilang kendalai aku dalam lamunan mimpi yang begitu rabun dari pandangan ketika semua layar kembali bertubi-tubi menolakku, surat ku untuk Tuhan pun belum kunjung datang, orang tua ku terasa galau dengan kondisi diri ku yang menginginkan obat yang alami tanpa bahan kimia, bisa saja bahan kimia itu ku pakai agar aku lekas sembuh tapi itu tidak mungkin, bahan kimia itu sudah titik terakhir dan kalu bisa saya tidak mau menggunakannya karena ilmu itu memang mahal akan tetapi tidak seperti itu menggapainya, apa lagi sisa-sisa tinggal di asrama masih terkenang di telinga di hati ku "Berbuatlah sekehendak hatimu maka engkau akan mendapatkan ganjaran dari apa yang engkau perbuat, ilmu itu mahal dan apa yang engkau dapat itu dari hasil yang telah engkau usahakan" kata-kata yang kudapat saat puasa sawal kami lakukan di asrama yang jauh dari keramaian asrama pendidikan terbaik untuk ku.
Saat semua seperti tiada harapan kecuali sabar dan terus melangkah yang harus ku lakukan maka aku sejenak berpikir dalam malam yang merenggut mimpi ku, "Ya sudahlah akau harus mengabil keputusan tidak mungkin tidak ada jalannya, saat Tuhan menguji itu maka sesuai kemampuan hambanya, saat ini aku di tempa," bak sebuah bumi yang di hempas air hujan, batu-batu yang berjatuhan dan hempasan injak yang di atasnya, aku harus bisa untuk mencapai tanah jawa dan eropa nanti pikir ku, ku ikuti saja tes yang di anggap teman-teman ku tes yang sangat mudah tetapi, mereka meremehkan tempat ku itu, ku buang jauh-jauh rasa malu ku ketika aku berada di bawah mereka, mereka berjoget di atas univesty yang bergengsi di negeri ini, sementara aku hanya di sini saja, jangan negeri ini se provinsi pun sudah terlalu berat saingannya, "ai tak apalah mungkin Tuhan telah membalas suratku dengan tinta yang bercampur air" artinya nanti akan ku tunjukkan titik akhirnya, "sampai bertemu di saat aku di atas dan sukses sobat" titah ku dalam hati
Aku kan selalu beryukur Tinta campur air mungkin pilahanNYA untuk ku.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer