Mentari bersinar dengan semangatnya, debu-debu kota yang sebulan ini belum disiram hujan berlarian mengikuti kobaran angin pagi, suara bising terdengar disudut-sudut lorong, bau sampah di kejauhan pasar tercium rapat di hidung ku, silih berganti kendaraan memadati jalan hingga berlahan-lahan berkurang.
            Terlihat jelas kuba Masjid Agung dan menara Ampera di atas sekolah ku, atap rumah yang berwarna-warni hingga hanya warna karat saja terlihat jelas di pantulkan mentari, rumah yang rapat seperti kotak yang tak disusun rapi dan gedung yang menjulang tinggi. Awalnya ku datang pada sebuah kosan teman sedesa ku, kosan yang tak begitu lebar dan harus menyesakan nafas jika di huni oleh dua orang, kaki ku terpaksa harus ku bengkokan untuk tidur agar tak menganggu teman ku tidur, hanya dengan selimut sarung dan tangan yang menjadi bantal sudah cukup bagi ku, setidaknya aku enggan menjadi beban teman ku tak lama sekitar satu malam aku berada di kosan yang berwarna kuning itu aku sudah merasakan kurang nyaman tetapi ku paksakan saja diriku untuk menyamankan disana, menyapa seisi kos hingga pemilik kos yang memintak di bayar karena aku menumpang tempat teman ku. Acara timnas Indonesia melawan timnas Bahrain menjadikan ku untuk terakhir kalinya aku tidur di kosan kuning itu,  ku lihat teman pemilik kosan berjejer rapi dengan seisi kos termasuk aku di depan layar TV, mereka melakukan taruhan dengan besar-besaran mulai dari 1500.00 hingga keatasanya, ku lihat seorang yang memiliki rasa nasionalisme tinggi berteriak saat Bahrain menghantam keras gawang timnas kesayangannya tentunya Indonesia.
            “Ui madak i Indonesia sebesar ini tak ado yang main bagus cak sebelas wong” Kak Teguh berteriak di samping pintu
            “Tulah, pejabat tu hobby yang instan, makonyo tak ado yang bagus main, jangan harap dah timnas kito pacak ke Piala Dunia kalo cak ini model. Telp kawan kau tu kito nambah taruhan 300.00” Seorang pemuda dengan anting memutar-mutar hpnya
            Ku saksiakn saja kegilaan pada bola di malam itu dengan nasioanalisme yang bercampur kesal karena timnas belum mampu meraih kemenangan yang membuat marah seisi kosan marah ketika pendukung timnas kita, merusak konsentrasi pemain dengan obor dan petasan yang meledak-ledak di gelora bungkarno. Meski permainan di tunda aku masih terduduk di depan layar TV berharap masih di lanjutkan permainan, ku lihat yang berada di layar TV hanya aku, mereka telah berhamburan keluar dengan rasa kecewa hingga masuk lagi ketika permainan di lanjutkan.Aku tetap terdepan untuk mendukung mu timnas ku Indonesia meski apa kata mereka tetapi aku tetap pendukung mu, pendukung di balik kosan kuning


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Posting Komentar


Tri Hardiansyah

E-Mail

Trihardiansyah@rocketmail.com
Free Counter

Cari Artikel

Tri Hardiansyah

My profil

Foto Saya
Jari Tri
Indonesia
Berjalan dalam kehidupan, mencoba mencari dan melukiskan kisah-kisah terindah untuk dapat di ungkapkan.meski tak seindah warna pelangi di penghujung pagi
Lihat profil lengkapku

Teman

Blog Archive

Terjemahkan

Posting terbaru

Category List

Pasang Iklan

World Of Warcraft, WoW Glowing Hand Armor

Klik disini

Get Gifs at CodemySpace.com