Senja di upuk barat mulai kemerah-merahan, itu bertanda mentari akan beristirahat sejenak sebelum dijemput embun-embun pagi. rembulan telah menampakkan wajahnya dikelilingi warna-warni membentuk cincin di pinggirnya. pohon pisang berayun-ayun dengan dedaunnya. sebuah tangga kos tempat ku menghamparkan lelah dan penat sebelum mampir di sebuah tokoh lauk-pauk. ku tatp sekeliling rembulan yang dikelilingi cincin warna-warni yang aku juga tidak tahu dari mana datangnya cincin itu.
          pikiran ku melayang-layang terbawa angin kesendirian, kadang-kala bulu-bulu kuduk ku beranjak dihembus angin, rasa menggigil merasuk keseluruh tubuh menembus aliran darah yang menusuk tulang-tulang. sejenak aku terkagetkan dengan bayangan hitam yang menutup rembulan, "aih apaan ini" pikir ku dalam hati. kemudian aku baru sadar bahwa bayangan yang nutup mata rembulan itu hanyalah sebatas khayal ku, rupanya seorang laki-laki yang tak asing lagi bagi ku, dengan kumis hitam yang bergaris di bawa hidugnya. dia rupanya bapak kosan yang sedang meriksa ayam-ayamnya.
          "lagi apo, Tri" serunya seraya mengelap tangannya dengan sarung kecil
          "dak lagi apo-apo pak, lemak be mandang bintang-bintang dan rembulan di langit itu" balas ku sambil menggeser kearah pinggir untuk memberi rongga yang bisa dilewati.
          "bapak jingok kau tiap hari caknyo jalan kaki keluar sano" bapak itu mengisi rongga yang kosong kemudian ikut bersama ku duduk diatas tangga kos.
          "nak cak mano lagi pak, nak ngojek biso-biso buntu, lagian sekalian olahraga" seru ku dengan tawa kecil
         "yo, yo, bapak dulu samolah cak kau Tri, tapi bapak dulu lebih parah dari kau, bapak bejalan tiap nak pegi sekolah di belitung dulu lebih kurang tujuh kilo lah" sepertinya kami sama-sama terbawa arus, rasanya tak ada perbedaan di antra kami, kemudian ia melanjutkan ceritanya
         "pada awalnyo bapak di katoi kakak-kakak, katonyo untuk apo sekolah tinggi-tinggi kalu ahirnyo jugo masih jadi kuli, sulit nak jadi pegawai tu banyak yang nganggur di dusun kito ni, bapak terkadang meraso ado benarnyo jugo omongan kakak bapak tapi dak mungkin Tuhan itu menyedio ke ilmu tanpa tujuan, itu artinyo dak mungki ado sekolah tanpa tempat begawe dan buktinyo sekarang bapak lumayan mencicip manis perjuangan bapak, nikmati sajalah prosesnyo" bapak kos pun beranjak pergi menuju rumahnya setelah merasa ayam-ayamnya telah tidur
        "tetap semangat yo, kalu butuh tempat cerito datang be kerumah" bapak kos berbalik badan kemudian menepuk pundak ku
        arus malam pun mulai terasa dingin, sepoi-sepoi angin pun mulai meracut dalam tubuh. ku gerakkan kaki kemudian menyapa rembulan untuk membeli lauk-pauk untuk mengisi perut yang sudah didemo para tentara cacing-caing.

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Posting Komentar


Tri Hardiansyah

E-Mail

Trihardiansyah@rocketmail.com
Free Counter

Cari Artikel

Tri Hardiansyah

My profil

Foto Saya
Jari Tri
Indonesia
Berjalan dalam kehidupan, mencoba mencari dan melukiskan kisah-kisah terindah untuk dapat di ungkapkan.meski tak seindah warna pelangi di penghujung pagi
Lihat profil lengkapku

Teman

Blog Archive

Terjemahkan

Posting terbaru

Category List

Pasang Iklan

World Of Warcraft, WoW Glowing Hand Armor

Klik disini

Get Gifs at CodemySpace.com